Hari | Mulai | Selesai |
---|---|---|
Senin | 00:00:00 | 23:59:00 |
Selasa | 00:00:00 | 23:59:00 |
Rabu | 00:00:00 | 23:59:00 |
Kamis | 00:00:00 | 23:59:00 |
Jumat | 00:00:00 | 23:59:00 |
Sabtu | 00:00:00 | 23:59:00 |
Minggu | 00:00:00 | 23:59:00 |
Kelahiran |
0 Orang |
Kematian |
0 Orang |
Masuk |
0 Orang |
Pindah |
0 Orang |
Kelahiran |
0 Orang |
Kematian |
0 Orang |
Masuk |
0 Orang |
Pindah |
0 Orang |
26 Agustus 2016 16:38:09 809 Kali
Sejarah telah mencatat bahwa Kecamatan Samudera pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Pasai yang berkedudukan di Desa Beringen dengan seorang raja bernama Sultan Malikussaleh. Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatra, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Teupin Beulangan merupakan sebuah gampong sejak masa pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai yang terletak di kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, provinsi Aceh, Indonesia, di desa ini pernah menjadi pusat kerajaan Raja Bakoy, disebut teupin, di desa ini mengalir sebuah sungai yang bernama sungai pasai atau krueng pase dalam bahasa setempat, yang dijadikan sebagai alur transportasi pada masa kerajaan pasai maupun masa kerajaan raja bakoi, tempat-tempat persinggahan atau tempat berlabuh berupa pelabuhan dimasa sekarang, masa tersebut disebut dengan teupin atau tepi sungai, sehingga terdapatlah salah satu tempat persinggahan yang bernama teupin beulangan, dimana disekitar tepi sungai banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon beulangan, nama pepohonan sebutan masyarakat setempat hingga saat ini masih ada walaupun sudah jarang ditemukan. Juga dalam sejarah ada yang mengatakan Teupin Beulangong atau dulunya mungkin terjadi orang-orang dimasa lalu bila membutuhkan Beulangong atau Periok dan alat-alat untuk memasak bisa pergi ketempat untuk mendapatkannya dengan cara menukar dengan barang-barang bahan makanan atau rempah-rempah untuk mendapatkan priok atau alat-alat memasak, sehingga sampai dengan sekarang dinobatkan menjadi salah satu nama desa di Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.
Ada beberapa nama desa yang dulunya tempat persinggahan menjadi nama-nama desa, seperti yang di diceritakan diatas salah satunya bernama Desa (Gampong) Teupin Beulangan, ada Desa (Gampong) Teupin Ara, Teupin Panyang nama Lainnya Tanjong Aron atau Tanjung Arun (saat ini menjadi nama Desa Krueng Baro Langgahan), Desa Teupin Punti yang masuk ke Kecamatan Syamtalira Aron, untuk desa Teupin Punti sendiri sekarang sudah menjadi 2 Desa yaitu Desa Ketapang dan Desa Keude Teupin Punti yang merupakan sudah masuk ke wilayah Kecamatan Syamtalira Aron.
Mengulang kisah tentang Raja Bakoi yang menjadi legenda dan jadi cerita sejarah masyarakat setempat hingga sampai saat ini tetap menjadi cerita yang tak pernah hilang dan terus saja ada yang menceritakannya di kalangan masyarakat setempat, Nama aslinya Ahmad Permala, dia merupakan tokoh dari aliran Wujudiyah di Samudra Pasai. Raja Bakoy juga merupakan sahabat karib dengan Syekh Abdul Jalil (Syekh Siti Jenar).
Ahmad Permala sempat menjadi “Mangkubumi” dengan gelar Maharaja Bakoy Ahmad Permala setelah Sultanah Nahrisyah Malikul Zahir mangkat pada hari senin tanggal 17 Dzulhijjah 831 H (1428 M) dan dikebumikan di dekat makam suaminya. Pusat Kota Raja Bakoy terletak di Perbatasan Gampong Teupin Beulangan dengan Gampong Pusong Kecamatan Samudera (Belakang Gedung Kantor Kapolsek Samudera Sekarang)
Aliran yang dibawa oleh Raja Bakoy berlawanan dengan aliran ahlusunnah wal jama’ah, bahkan ia pernah diperingatkan oleh ulama agar tidak mengawini puterinya sendiri, namun malah menentang dan membunuh 44 ulama. Ahmad Permala akhirnya mati dibunuh oleh Malik Musthafa yang bergelar Pocut Cindan Simpul Alam, suami dari Ratu Nahrisyah dengan bantuan dari Sultan Mahmud Alaiddin Johan Syah dari Kerajaan Aceh (1409-1465 M). “Silsilah Raja-Raja Islam di Aceh dan Hubungannya Dengan Raja-Raja Islam di Nusantara”
Menurut suatu riwayat yang diceritakan secara turun temurun bahwa raja Bakoy adalah orang biasa dari kalangan rakyat jelata. Dia berasal dari Gampong Bakoy di Kutaraja. Ihwal dia menjadi raja semuanya adalalah setelah Sultan Zainal Abidin mangkat, Nahrisyah yang kala itu sudah diangkat menjadi Sultanah membuat sayembara.
Dia menuliskan pada sebuah pamflet yang dipasang di tepi pantai Pase. Di dalam pengumumannya itu, Sultanah berkehendak siapapun yang bisa mengalahkan raja Nagor dari Polisigli akan dijadikan sebagai Maharaja dan dijadikan sebagai suami Sultanah. Melihat pengumuman itu, Ahmad Permandala-Permandala beserta abangnya yang bernama Ibrahim Papa menjadi tertarik. Kemudian kakak-beradik ini menuju negeri Polisigli untuk membunuh raja Nagor.
Usaha mereka berhasil. Kemudian diangkatlah Ahmad Permandala menjadi maharaja mendampingi Sultanah Nahrisyah. Dalam perjalanan sejarah, Nahrisyah kemudian bertahta sampai tahun 1427 M. Menjelang dia mangkat, saat-saat terakhir Nahrisyah sempat menitipkan sebuah cincin kepada Bakoy sambil berpesan, “Kanda, bila kelak aku kembali kepangkuan Ilahi, berikanlah cincin ini kepada siapapun yang bisa memakainya dengan pas. Bila orang itu engkau temukan maka jadikanlah dia sebagai istrimu.”
Raja Bakoy menyanggupi pesan terakhir dari sang Sultanah. Maka setelah Nahrisyah mangkat dan semua bentuk peringatan kematian usai digelar, maka Raja Bakoy langsung membuat sayembara itu. Tahap pertama adalah semua janda yang ada dinegeri Pase diundang untuk mengikuti sayembara itu. Siapapun yang bisa memakai cincin peninggalan Nahrisyah dengan pas sekali, maka akan dijadikan istri raja. Namun tak satupun janda yang punya jari manis yang sesuai dengan cincin itu.
Sayembara kedua pun digelar. Kali ini diperuntukkan buat gadis-gadis diseluruh penjuru negeri. Hal yang sama juga kembali terjadi. Tak ada satupun jari manis mereka yang sesuai dengan lubang cincin. Terakhir kali yang mencobanya adalah putri raja sendiri yang bernama Ganggang Sari. Raja terhenyak. Tak pernah disangkanya akan seperti itu. Akhirnya diam-diam dia mencari hukum kepada ulama agar diperbolehkan dirinya menikahi putrinya sendiri.
Untuk memenuhi keinginannya itu, Raja Bakoy mengumpulkan sebanyak 44 orang ulama di sebuah mesjid. kemudian dia mengutarakan semua permasalahan yang sedang dihadapi, termasuk wasiat dari sang Sultanah. Namun tak satupun ulama yang membenarkan sang raja menikahi putrinya sendiri. Raja marah. Lalu dia mengatakan tamsilan kepada para ulama seperti ini,” Jikalau ada seseorang yang menanam sebatang pisang, kemudian berbuah dan matang, siapakah yang pertama sekali akan memakannya?
Para ulama menjawab, “Pemiliknya yang terlebih dahulu memakannya.”
“Lalu bagaimana dengan Ganggang Sari?” tanya raja. Semua ulama diam. Terakhir mereka tetap tidak membenarkan raja mengawini anaknya sendiri. Akhirnya dengan sangat murka dia membunuh semua ulama yang hadir pada waktu itu.
Kemudian dia kembali menemui salah seorang ulama yang tinggal di Paya Terbang yang bernama Tgk. Razali. Ditempat ini juga dia tidak menemukan jawaban. Tgk. Razali meminta raja untuk kembali keesokan harinya. Sepeninggal raja, Tgk. Razali berzikir kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk menerbangkan tanah tempat dia mendirikan rumah. Keesokan harinya setibanya raja ditempat itu Tgk. razali dan pertapakan tempat dia tinggal sudah tidak ada lagi, yang ditemukan hanya bekas tanah yang seperti kolam.
Info tentang keinginan raja untuk mengawini putrinya sendiri pun merebak ditengah-tengah masyarakat. Ganggang Sari malu luar biasa. Ibrahim Papa kemudian membawa lari sang putri untuk menghindari keinginan gila ayahnya. Dipelarian itulah Ganggang Sari bunuh diri dengan cara minum racun akibat tak sanggup menanggung malu yang teramat sangat.
Menurut riwayat pula bahwa Pusara Raja Bakoy berada satu kompleks dengan Kompleks Makam Sultanah Nahrisyah yaitu di komplek makam Raja-Raja Pasai. Makam Raja Bakoi terus memendek sejak dikuburkan dan menyisakan panjang sekitar 70 cm.
Lokasi makam berada setengah kilometer dari Makam Sultan Malikussaleh yang berada di mulut pintu masuk ke cagar budaya Samudera Pasai. Di sekitar makam itu juga dulunya adalah lokasi yang dulunya istana Kerajaan Pasai. Sayang sekali, wujud fisik bangunan yang berada persis di bibir pantai Lhok Seumawe itu tak lagi bisa dinikmati.
Kawasan itu sudah beralih fungsi menjadi lahan pertambakan. Menurut Yakub, bangunan istana kesultanan sebagian besar terdiri atas kayu. Bekas-bekas fondasi dari batu bata merah masih terlihat di atas tanah tempat berdirinya kerajaan.
Di atas tanah seluas lebih dari lima hektar itu, aura kebesaran kerajaan masih sangat terasa.
Di lokasi itu juga terdapat makam Peut Ploh Peut (44), ulama yang meninggal karena dieksekusi Raja Bakoi, salah satu raja di Pasai. Akibat tindakannya yang sewenang-wenang, rakyat menjuluki dia Raja Bakoi, yang menurut masyarakat setempat berarti pelit.
Demikian selayang pandang atau sejarah singkat Gampong Teupin Beulangan yang dapat kami sampaikan kepada para pegiat Medsos, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, terima kasih.
Wallahualam.... Yang Jelas Desa/Gampong Teupin Beulangan termasuk salah satu desa tertua yang mengikuti sejarah Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Raja Bakoy begitu juga dengan kisah-kisah sejarah lainnya yang unik disamping letaknya yang strategis juga memiliki kawasan yang sangat luas.
Untuk artikel ini
Hari ini | : | 130 |
Kemarin | : | 140 |
Total Pengunjung | : | 172.990 |
Sistem Operasi | : | Unknown Platform |
IP Address | : | 3.145.91.111 |
Browser | : | Mozilla 5.0 |
Berita Tester Artikel
date_range 19 Januari 2024 favorite 209 Kali
Sejarah Yang Terlupakan
date_range 09 November 2022 favorite 269 Kali
Rincian Anggaran APBG
date_range 20 Maret 2022 favorite 480 Kali
Pendataan SDGs Desa 2021
date_range 06 Maret 2021 favorite 1.152 Kali
Rilis Versi 21.03 Opensid Per Tanggal 01 setiap awal bulan
date_range 03 Maret 2021 favorite 570 Kali
Digitalisasi Administrasi Surat Desa - Validasi, Unduh dan Informasi
date_range 27 Februari 2021 favorite 680 Kali
Pemerintah akan Buka Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 13 Pekan Depan
date_range 26 Februari 2021 favorite 532 Kali
Posyandu dan Puskesmas Garda Depan Pengendalian Stunting
date_range 25 Februari 2021 favorite 1.453 Kali
Pendataan SDGs Desa 2021
date_range 06 Maret 2021 favorite 1.152 Kali
SDGs Desa : Pengertian, Tujuan, dan Sasarannya
date_range 22 Februari 2021 favorite 794 Kali
Pengangkatan dan Pergantian Perangkat Desa
date_range 22 Februari 2021 favorite 777 Kali
Digitalisasi Administrasi Surat Desa - Validasi, Unduh dan Informasi
date_range 27 Februari 2021 favorite 680 Kali
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021
date_range 23 Februari 2021 favorite 631 Kali
Standar Operasional Prosedur (Sop) Pemutakhiran Status Perkembangan Desa Indeks Desa Membangun (Idm)
date_range 23 Februari 2021 favorite 592 Kali
Khanduri Blang atau Kenduri Sawah
date_range 18 Februari 2021 favorite 264 Kali
SDGs Desa : Pengertian, Tujuan, dan Sasarannya
date_range 22 Februari 2021 favorite 794 Kali
System Informasi Desa (SID)
date_range 11 Februari 2021 favorite 279 Kali
Permendes Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pedoman Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
date_range 24 Agustus 2016 favorite 253 Kali
Kebijakan Dana Desa Tahun Anggaran 2021
date_range 23 Februari 2021 favorite 444 Kali
Pendataan SDGs Desa 2021
date_range 06 Maret 2021 favorite 1.152 Kali
Digitalisasi Administrasi Surat Desa - Validasi, Unduh dan Informasi
date_range 27 Februari 2021 favorite 680 Kali
Hari | Mulai | Selesai |
---|---|---|
Senin | 00:00:00 | 23:59:00 |
Selasa | 00:00:00 | 23:59:00 |
Rabu | 00:00:00 | 23:59:00 |
Kamis | 00:00:00 | 23:59:00 |
Jumat | 00:00:00 | 23:59:00 |
Sabtu | 00:00:00 | 23:59:00 |
Minggu | 00:00:00 | 23:59:00 |